Sabtu, 02 Agustus 2014

SEMILIR ANGIN

Semilir angin yang berhembus, membawa kesejukkan lantas pergi meninggalkan kemarau. Daun menguning berguguran membawa hati yang telah layu. Ini bukan rindu, namun cinta terpendam yang telah mati di telan masa. Jenuh untuk bertahan dalam sebuah pengharapan yang semu, tiada berarti. Daun yang berguguran, tapi akar belum mati, tetap bertahan hidup, menunggu musim berganti musim lagi. Lantas, seperti itu perasaan ini. Harapan yang telah mati, namun cinta masih hidup.

Biarkanlah..

Biarkan aku bertahan dalam perasaan yang tak terbalas ini. Jangan buat aku untuk melupakan. Aku butuh mencintai, meskipun sakit terbawa bersamanya. Ini hanya sekedar hasrat mengagumi, yang turun ke hati tanpa terkendali.

Semilir angin begitu sejuk. Rumput hijau menari-nari olehnya. Kicauan burung mengiringi tariannya. Angin lembut semakin menjadi, membawa kelembutan yang membuat terlena. Hingga terhipnotis oleh kesejukkan.

Engkau..

Kau hadir membawa kelembutan, ketenangan, lantas kesejukkan. Membuat terlena dalam perasaan putih tak terkendali.

Namun..

Kau datangkan kemarau dalam kesejukkan. Kau buat semuanya berubah. Seolah tak ada yang pernah terjadi.

Terima kasih..

Atas seribu pelajaran yang telah kamu berikan. Pelajaran ini terlalu berarti, bahkan sangat berarti untuk dilupakan. Lantas biarkan aku memendam rasa…

Hidup ini singkat, namun terlalu panjang dalam kenangan…

-Darwis-