Semilir angin yang
berhembus, membawa kesejukkan lantas pergi meninggalkan kemarau. Daun menguning
berguguran membawa hati yang telah layu. Ini bukan rindu, namun cinta terpendam
yang telah mati di telan masa. Jenuh untuk bertahan dalam sebuah pengharapan
yang semu, tiada berarti. Daun yang berguguran, tapi akar belum mati, tetap
bertahan hidup, menunggu musim berganti musim lagi. Lantas, seperti itu
perasaan ini. Harapan yang telah mati, namun cinta masih hidup.
Biarkanlah..
Biarkan aku bertahan
dalam perasaan yang tak terbalas ini. Jangan buat aku untuk melupakan. Aku
butuh mencintai, meskipun sakit terbawa bersamanya. Ini hanya sekedar hasrat
mengagumi, yang turun ke hati tanpa terkendali.
Semilir angin begitu
sejuk. Rumput hijau menari-nari olehnya. Kicauan burung mengiringi tariannya.
Angin lembut semakin menjadi, membawa kelembutan yang membuat terlena. Hingga
terhipnotis oleh kesejukkan.
Engkau..
Kau hadir membawa
kelembutan, ketenangan, lantas kesejukkan. Membuat terlena dalam perasaan putih
tak terkendali.
Namun..
Kau datangkan kemarau
dalam kesejukkan. Kau buat semuanya berubah. Seolah tak ada yang pernah
terjadi.
Terima kasih..
Atas seribu pelajaran
yang telah kamu berikan. Pelajaran ini terlalu berarti, bahkan sangat berarti
untuk dilupakan. Lantas biarkan aku memendam rasa…
Hidup ini singkat, namun terlalu panjang dalam kenangan…
-Darwis-